Foto : Warga Tionghoa Saat Berada di Klenteng Kong Hwie Kiong |
KEBUMEN (BANYUMAS POS) - Warga keturunan Tionghoa di Kota Kebumen, Jawa Tengah berkumpul di Klenteng Kong Hwie Kiong untuk melaksanakan tradisi Kimsin atau ritual memandikan rupang dewa yang dilakukan sepekan menjelang Tahun Baru Imlek, Senin (16/1/2022)
Prosesi memandikan rupang dewa tersebut bukan hanya sekedar membersihkan kotoran dan debu saja. Namun, di dalamnya terkandung makna yang sakral bagi warga Tionghoa.
"Pembersihan rupang ini merupakan tradisi warga Tionghoa menyongsong hari baru di Tahun Baru Imlek, maka semua harus bersih, kita tinggalkan yang lalu. Termasuk diri kita harus lebih baik dari hari yang lalu dan kita songsong tahun baru dengan diri kita yang bersih," ujar pengurus Rumah Tangga Klenteng Kong Hwie Kiong, Liem Tjen Lay.
Karena itulah, untuk prosesi menyucikan rupang dilaksanakan dengan perlakuan khusus, tidak hanya menggunakan air hangat dan bunga, tapi alat-alat lainnya seperti kuas dan lap serta harus baru.
Tak hanya itu, mereka yang turut dalam ritual pembersihan rupang tersebut juga wajib untuk mempersiapkan diri seperti membuang pikiran buruk dan berniat untuk menjadi insan yang lebih baik.
Selain itu, membersihkan diri dengan mandi dan keramas. Bahkan, ada yang menjadi vegetarian sebelum menjalani ritual Kimsin.
Diketahui, jumlah rupang di Klenteng Kong Hwie Kiong ada sekitar 27 rupang. Dan proses pemandian rupang tersebut dilaksanakan satu hari dan diikuti warga keturunan Thionghoa.
Adapun pemilihan waktu sepekan jelang Imlek ini bukan tanpa alasan.
Herman menjelaskan, bahwa dalam kepercayaan mereka, sepekan sebelum Imlek ini roh para dewa naik ke kayangan untuk melaporkan amal perbuatan manusia selama satu tahun terakhir kepada Raja Langit.
"Karena itu, rupang-rupangnya kosong. Maka kita bersihkan. Harapannya, nanti setelah Imlek para dewa pulang, rupangnya sudah bersih," jelasnya.
Dalam menyambut perayaan Imlek, Liem Tjen Lay berharap tahun ini menjadi lebih baik dari sebelumnya. Serta, dijauhkan dari marabahaya dan musibah.
Sementara, berkaitan dengan pelaksanaan ibadah di dalam klenteng, Liem Tjen Lay mengungkapkan, bahwa tahun ini sudah tidak dilakukan pembatasan.
Pewarta : Lia
Post a Comment