Kisah Sunan Gunung Jatin Yang Sakti dan Perkasa Dalam Mengembangkan Agama Islam

 


Brebes Banyumas Pos --- Prabu Siliwangi sebagai raja terakhir dari Kerajaan Pajajaran. Prabu siliwangi merupakan seorang raja yang sangat adil dan bijaksana , beliau sangat mencintai rakyat dan sangat dicintai rakyat beliau mempunyai tiga orang istri yaitu Nyai Ambetkasih , Nyai Aci Bedaya dan Ratu Subang Larang.Prabu Siliwangi mempunyai 40 orang anak yang antara lain bernama walangsungsang dan Ratu Mas Rararantang keduanya anak Prabu Siliwangi dari hasil perkawinannya dengan Ratu Subang Larang.

Walangsungsang dan Rara Santang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan putra-putra kerajaan Pajajaran lainnya , tidak suka nakal , tidak suka berfoya-foya dan selalu menampilkan yang sangat sederhana. 


Padahal walangsungsang telah diangkat oleh ayahnya sebagai putra mahkota kerajaan Pajajaran yang akan menggantikan Prabu Siliwangi setelah turun dari jabatannya.

Diceritakan bahwa walangsungsang pada suatu malam mimpi bertemu dengan seorang lelaki yang elok rupanya dan harus budi bahasanya. Lelaki ini memberikan wejangan tentang hakikat ilmu sejati yaitu Islam. 

Impiannya ini diutarakan kepada kedua orang tuanya dan atas izin ibunya kemudian walangsungsang keluar dari Keraton untuk membara mencari orang-orang yang mengerti tentang hakikat ilmu sejati.

Setelah walang sukses mengembara dari satu daerah ke daerah lain , dari satu guru ke guru yang lain bahkan walangsungsang telah mempunyai istri yang bernama Indangayu dan telah bertemu pula dengan adik kandungnya Ratu Mas Rara Santang yang telah menyusulnya , sampailah mereka di sebuah Dusun yang namanya Cirebon .Daerah ini sekarang terletak di Jawa Barat yang merupakan daerah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Di daerah Cirebon ini beliau berguru kepada seorang tokoh yang bernama Syekh Nurjati. Setelah sekian lama berguru kemudian atas perintah gurunya walangsungsang , Indangayu ( istrinya ) dan Rara Santang adiknya berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Ketika di Mekah Rara Santang bertemu jodoh dengan seorang pembesar kerajaan Mesir yang telah ditinggal istrinya.

Pembesar Mesir ini bernama Sultan Muhammad Syarif Abdullah . Setelah menikahkan adiknya,walangsungsang dan istrinya pulang ke Tanah Jawa.

Rarasantang setelah menikah dengan Sultan Muhammad Syarif Abdullah namanya diganti menjadi Syarifah mudhaim.

Dari hasil perkawinannya dikarunia 2 orang Putra yaitu Syarif Hidayatullah yaitu yang lahir pada tahun 1448 M dan Syarif nurullah yang lahir pada tahun 1450 M.

Ketika kedua putranya masih kanak-kanak Sultan Muhammad Syarif Abdullah meninggal dunia, maka sebagai putra mahkota diangkatlah Syarif Hidayatullah menjadi Sultan untuk menggantikan ayahnya . 

Namun karena Syarif Hidayatullah masih belum dewasa, diangkatlah seorang pembantu yang akan menjalankan roda pemerintahannya.

Setelah Syarif Hidayatullah dewasa dan telah menjadi seorang tokoh yang berbudi luhur , berakhlak mulia dan berilmu tinggi beliau diperintahkan oleh ibunya untuk mengembangkan agama Islam di tanah Jawa khususnya di tanah airnya yakni Kerajaan Pajajaran. 


Maka jabatan Kesultanan diserahkan kepada adiknya dan kemudian beliau keluar dari Mesir bertolak menuju Tanah Jawa.


Setelah sekian lama mengarungi lautan sampailah beliau ke kerajaan Demak . kehadiran Syarif Hidayatullah di Kerajaan Demak disambut baik oleh Sultan dan para wali . Beliau giat menyiarkan dan mengembangkan agama Islam.


Pada masa pemerintahan Sultan trenggono yang menjadi Sultan Demak , beliau diperintahkan untuk memimpin penyiaran agama Islam ke Jawa Barat . Syarif hidayatullah berangkat ke Jawa Barat disertai pasukan dengan jumlah yang besar. Salah seorang Panglima yang mendampingi Beliau bernama Fatahillah atau Fadillah han atau faletehan.

Syarif Hidayatullah dengan pasukannya berangkat melalui jalur lautan . Daerah Jawa Barat yang pertama kali disinggahi adalah daerah Banten . Banten saat itu telah dikuasai oleh orang-orang Portugis. 


Maka dengan mengerahkan segala kekuatannya tentara Islam dari Demak yang dipimpin oleh Syarif Hidayatullah ini mengusir orang-orang Portugis dan menguasai Kerajaan Banten . 


Setelah berhasil menundukkan Kerajaan Banten perjalanan diteruskan menuju daerah Sunda Kelapa ( sekarang Jakarta) yang saat itu telah dikuasai Pulau oleh orang-orang Portugis . Tentara Islam dari kerajaan Demak ini berhasil pula menundukkan daerah Sunda Kelapa dan kemudian perjalanan diteruskan menuju daerah Cirebon untuk menaklukkannya.


Karena keberhasilannya menundukkan Banten , Sunda Kelapa dan Cirebon , Syarif Hidayatullah oleh Sultan trenggono diangkat sebagai Sunan yang akan menjalankan roda pemerintahan daerah Jawa Barat di bawah kerajaan Demak . Syarif Hidayatullah memilih daerah Cirebon sebagai tempat beliau dalam menjalankan tugasnya.

Syarif Hidayatullah mempunyai empat orang istri yaitu:

1.Ong Tin seorang putri dari negeri Cina


2.Dewi Kawunganten Putri Ki Gedeng Kawunganten , dari hasil perkawinannya dengan Dewi Kawunganten ini memperoleh seorang Putra yaitu Sultan Muhammad Hasanuddin yang kemudian menjadi Sultan di Banten. Dan seorang putri yang bernama Ratu Winaon.


3.Kanjeng Ratu Pakungwati ( Sri mangana ) , dari hasil perkawinannya ini dikaruniai seorang putri yang bernama Ratu ayu yang kemudian menjadi istri Fatahillah ( faletehan ).


4.Nyai Mas Rara Kerta dari hasil perkawinannya ini dikaruniai seorang Putra yang bernama JayaLela (Pangeran Pasuruan) kemudian menjadi Sultan Cirebon.


Dari Cirebon lah Syarif Hidayatullah menyiarkan dan mengembangkan agama Islam juga membina masyarakat Islam baik untuk masyarakat Cirebon maupun untuk wilayah Kerajaan Pajajaran . Setelah beliau memasuki usia senja beliau serahkan tampuk pemerintahan kepada putra-putranya , Banten beliau serahkan kepada Sultan Hasanuddin , Sunda Kelapa beliau serahkan kepada menantunya yakni Fatahillah , dan Cirebon beliau serahkan kepada Pangeran Pasuruan. Setelah beliau menyerahkan tampuk pemerintahan kepada putra-putranya , beliau mengasingkan diri dari urusan pemerintahan dan mengkhususkan untuk mengembangkan agama Islam juga mengajarkan berbagai ilmu agama kepada masyarakat Islam.


Sebagai tempat yang dijadikan pusat kegiatan adalah daerah Gunung Jati yang terletak di pesisir pantai utara Cirebon . Di Gunung Jati ini beliau membangun masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam juga beliau membangun pondok pesantren sebagai media pendidikan murid-muridnya dalam mendalami ilmu-ilmu agama Islam.


Syarif Hidayatullah dalam menjalankan dakwah islamiyahnya tidak hanya terbatas di daerah Banten , Sunda Kelapa dan Cirebon saja melainkan hampir di seluruh daerah Jawa Barat sekarang dan wilayah Kerajaan Pajajaran tempo dulu ,bahkan dalam salah satu sumber sejarah dikatakan bahwa dakwah Syarif Hidayatullah juga sampai ke negeri Cina , pendapat ini ada benarnya ,karena salah satu dari istri Syarif Hidayatullah berasal dari negeri Cina.


Setelah sekian tahun beliau menyiarkan dan mengembangkan serta membina masyarakat Islam di Jawa Barat khususnya , beliau dipanggil  untuk menghadap Alloh swt dan beliau wafat pada tahun 1568 M kemudian dimakamkan di Gunung Jati Cirebon.


Sungguh besar pengabdian Sunan Gunung Jati kepada Islam dan kepada masyarakat Jawa Barat. Wafatnya Syarif Hidayatullah betul-betul merupakan pukulan yang berat bagi masyarakat Jawa Barat khususnya dan masyarakat Islam pada umumnya , karena beliau merupakan pemimpin Islam yang mumpuni  , pemimpin yang mengetahui dan merasakan apa yang menjadi problem masyarakatnya. Sebagai seorang pemimpin yang mengerti apa yang menjadi kemauan rakyatnya.


Pewarta Nur S/M.Arif L

Post a Comment

Previous Post Next Post